Tentang Saya

Perkenalkan, saya Kasyful Fahmi, biasa dipanggil ful, kasful (bukan kasiful), atau bisa juga apul. Sejauh ini belum ada yang manggil saya dengan nama fahmi.

Saya lahir dan besar di sebuah dusun di pelosok desa terpencil bernama Tandak. Tandak sendiri berada di Desa Pandan Indah, Kecamatan Praya Barat Daya, Kab. Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sebagaimana anak kampung pada umumnya, masa kecil saya jalani dengan bermain layang-layang, ngaret bembek (mengembala kambing), mandi di kali, mengadu jangkrik, bermain gansing, dan sekolah di SD nun jauh dengan berjalan kaki melewati pematang sawah.

Di usia saya yang ke sepuluh tahun, tepat saat saya menginjak kelas lima SD, musibah menimpa keluarga saya. Atap rumah saya ambruk setelah semalaman dilanda hujan lebat. Bangunan rumah saya pun memang cukup tua, dan belum pernah direnovasi semenjak dibangun.

Karena kampung tempat saya tinggal waktu itu cukup terisolir, belum ada jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Hanya terdapat jalan untuk pejalan kaki dan sepeda motor. Kalau hujan, jalanan pasti becek. Di saat-saat seperti ini, Ayah yang seorang diri memiliki sepeda motor impresa di kampung saya, terpaksa menitip motor di kampung orang dan berjalan kaki berikilo-kilo sampai ke rumah.

Di tempat kami tinggal ini pun belum masuk listrik. Penduduk kampung masih memakai lampu duduk, berbahan bakar minyak tanah. Tapi sudah ada beberapa tetangga yang memiliki TV, dengan memakai sumber tenaga accu, yang mereka isi di tempat jauh.

Keadaan ini membuat Ayah saya berpikir dua kali jika harus memperbaiki rumah yang rusak. Ayah dihadapkan pada dua pilihan, membangun kembali rumah yang sudah ada, atau berpindah rumah ke kampung yang sedikit tidak terisolir. Dengan harapan, kehidupan keluarga kami bisa sedikit membaik.
Sampai akhirnya Ayah saya memutuskan untuk pindah rumah. Kami pindah ke sebuah dusun bernama Kelambi. Hanya terletak beberapa kilo dari tempat tinggal saya sebelumnya. Sampai saat ini saya tinggal di tempat ini.

Di tempat ini kemudian kami memulai hidup baru, bersama tetangga baru, dan teman-teman baru. Saya yang kurang pandai bergaul, sangat sulit rasanya beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal saya yang baru.

Kenyataannya tidak lama saya tinggal di rumah dan berinteraksi dengan lingkungan dan orang-orang barunya. Setelah lulus SD, saya melanjutkan sekolah di sebuah sekolah di kota praya, sampai saya menamatkan SMA pun di Praya. Dua jenjang sekolah ini saya jalani dengan mondok di salah seorang Tuan Guru kepercayaan Ayah saya. Hal inilah yang membuat saya jarang berada di rumah.

Seusai lulus SMA, saya melanjutkan kuliah di Mataram. Sebuah kota di pulau tempat saya tinggal, Lombok. Saya pun jarang pulang kampung. Akhirnya saya merasa tidak memiliki ikatan yang kuat dengan tempat tinggal saya saat ini.

Tapi bagaimanapun, ibu saya sudah terlalu mencintai tempat tinggal saya yang sekarang, begitupun Ayah saya. Dan karena saya satu-satunya anak lelaki mereka, mau tidak mau harus tinggal di tempat tinggal Ayah yang sekarang. Meski berat terasa, namun jauh lebih berat bila harus meninggalkan mereka.

Tidak ada komentar: